Kritis Adalah Praksis Dalam Ilmu Komunikasi
Oleh: Erick Ardiyanto
Dari ilmu filsafat melahirkan ilmu sosiologi dan menurunkan ilmu komunikasi kemudian baru lahir ilmu turunan dari komunikasi dari mulai public relations, (Markom, Media Broadcating dan Jurnalisme).
Mau tidak mau, harus kita akui bahwa komunikasi adalah anak kandung dari ilmu sosiologi, sejauh yang saya pahami.
Mau tidak mau, harus kita akui bahwa komunikasi adalah anak kandung dari ilmu sosiologi, sejauh yang saya pahami.
Di dalam dunia infomasi dan komunikasi seperti saat ini, hal ini tentu membutuhkan filter konseptual dan perlunya pandangan kritis dalam menelaah arus informasi yang tanpa henti.
Ilmu pengetahuan dan informasi bukan hal yang istimewa lagi.
Dia hadir dengan dinamika mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Ia bisa kita dapatkan setiap hari dan kita pilih sesuai dengan kebutuhan kita.
Sebelumnya mari kita simak bersama fakta yang ada, mengenai ilmu komunikasi itu sendiri;
Paradigma kritis juga sering digunakan untuk
membongkar konstruksi ideologi dibalik apa yang tersembuyi.
Tujuannya tidak lain adalah tentang masalah emansipasi (kesetaraan).
Karena saya meyakini bahwa ilmu komunikasi harus menjadi pendorong kemajuan masyarakat modern dan kritis adalah praksis dalam ilmu komunikasi.
Tujuannya tidak lain adalah tentang masalah emansipasi (kesetaraan).
Karena saya meyakini bahwa ilmu komunikasi harus menjadi pendorong kemajuan masyarakat modern dan kritis adalah praksis dalam ilmu komunikasi.
Dalam bukunya tentang teori kritis, Jurgen Habermas
mengatakan bahwa:
..."diperlukan tindakan rasional - bertujuan untuk menuju masyarakat komunikatif"...
Kita hidup di era abad 21 era jejaring dan kolaborasi.
Kita bukan hidup di abad 20 dengan konflik internal tanpa henti.
Kita bukan hidup di abad 20 dengan konflik internal tanpa henti.
Ilmu pengetahuan dan informasi bukan hal yang istimewa lagi.
Dia hadir dengan dinamika mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Ia bisa kita dapatkan setiap hari dan kita pilih sesuai dengan kebutuhan kita.
Meskipun sudah banyak yang tahu dan sudah tidak menjadi hal yang istimewa lagi di era ini.
Tapi, bagaimana kita bisa merumuskan pertanyaan akan masalah-masalah dengan tepat, yang akan membawa kita kearah kemajuan?
Tapi, bagaimana kita bisa merumuskan pertanyaan akan masalah-masalah dengan tepat, yang akan membawa kita kearah kemajuan?
Sebelumnya mari kita simak bersama fakta yang ada, mengenai ilmu komunikasi itu sendiri;
- Ilmu komunikasi tidak hanya sebagai sebuah ilmu terapan, karena jika kita beranggapan demikian, maka pemahaman ini akan bisa mereduksi nilai-nilai ilmu komunikasi itu sendiri.
- Ilmu komunikasi bisa sebagai ilmu sosial walapun tidak menafikan bahwa dalam prakteknya ada bentuk ilmu terapan dalam ilmu komunikasi.
Namun di lain sisi, ilmu komunikasi juga mendapat pengaruh dalam pandangan positivistik, dan ini sungguh sangat terasa di Indonesia.
Padahal jika kita melihat sejarah Positivistik, aliran yang mengatakan bahwa;
Menurut saya kuranglah tepat, jika kita melihat dunia sosial hari ini.
Pada ujung positivistik menjadikan pemahaman ilmu komunikasi hanya dijadikan perkakas dari produk kapitalisme saja.
Komunikasi hanya mengikuti aturan main jual dan beli dan logika transaksi.
Ilmu komunikasi selalu dijadikan ujung tombak melanggengkannya hegemoni kapitalisme di berbagi sendi-sendi kehidupan.
Padahal jika kita melihat sejarah Positivistik, aliran yang mengatakan bahwa;
- Ilmu alam adalah empiris sebagai suatu sumber pengetahuan.
- Menggangap bahwa dunia sosial bebas nilai.
Menurut saya kuranglah tepat, jika kita melihat dunia sosial hari ini.
Pada ujung positivistik menjadikan pemahaman ilmu komunikasi hanya dijadikan perkakas dari produk kapitalisme saja.
Komunikasi hanya mengikuti aturan main jual dan beli dan logika transaksi.
Ilmu komunikasi selalu dijadikan ujung tombak melanggengkannya hegemoni kapitalisme di berbagi sendi-sendi kehidupan.
Bagi pandangan paradigma kritis, dunia sosial tidak akan bebas nilai.
Segala sesuatu jelas saling keterkaitan dan kebenaran sifatnya relatif.
Tergantung dari mana dia melihat dan dari mana dia berdiri.
Segala sesuatu jelas saling keterkaitan dan kebenaran sifatnya relatif.
Tergantung dari mana dia melihat dan dari mana dia berdiri.
Namun Tentu semua tidak bisa juga dikatakan bahwa, semau tergantung "prespektif".
Semua tergantung "prespektif" itu benar, jika bangunan paradima berpikir sudah kuat, berpikir sudah runtun, dan tentu mengarah pada problem solve.
Dan ini terjadi disaat ilmu komunikasi lagi berada di atas puncak mercusuar dan menara gading.
Sehingga kita dapat melihat berjuta-juta alumni ilmu komunikasi yang kita lihat memiliki karakter yang sama, sungguh seperti segrombolan fans MU yang sangat latah, karbitan dan partisan.
Bukan pada label unik,organik dan otentik ini sungguh tidak bisa dibiarkan.
Bukan pada label unik,organik dan otentik ini sungguh tidak bisa dibiarkan.
Subhanalove.