Kasus Hoax Bunda Ratna adalah Victim Society ditinjau dari Teori (Simulakra) - Jean Baudrillard
Oleh : Erik ardiyanto
Sejak beredar kabar kasus hoaks Bunda Ratna Sarumpeat. Saya mulai mengikuti kasusnya dengan detail dan mendalam. Baik lewat media massa atau sosial media (New Media) sampai pula pada kajian-kajian diskusi kecil di kampus dan lingkungan sekitar.
Di berbagai tayangan media massa, saya menyimak secara seksama diantara kedua kubu yang bersetru.
Kedua kubu yang berseteru semu punya narasi masing-masing dengan pembelaanya yang sama-sama menurut penilaian saya.
Singkat cerita kedua kubu bermain "Playing Victim" dua - duanya mengklaim menjadi korban yang dirugikan atas kasus ini.
Tapi saya justru melihat kasus hoaks ini justru kedua kubu tidak dirugikan tapi rakyatlah yang jadi korban. Kenapa demikian??
Ini adalah peristiwa politik yang tidak mendidik dalam Demokrasi kita. Rakyat yang seharunya diberi pendidikan politik justru sebaliknya, disuguhkan informasi sesat informasi. Saya menyebutya "VICTIM SOCIETY"
Kenapa demikian?
Diera keterbukan informasi seperti sekarang ini "Opinion Leader" Tokoh Politik,Tokoh Masyarkat, Aktivis,Influencer bahkan sampai Buzzer di dalam media sosial (new media) sangat bisa menjadi "Opion Society".
Jika opininya ini direproduksi secara terus-menerus secara masif berulang ulang dengan kolektif. Tapi yang menjadi celaka, jika opini yang di reproduksi adalah Berita Bohong atau (Hoaks).
Diera keterbukan informasi seperti sekarang ini "Opinion Leader" Tokoh Politik,Tokoh Masyarkat, Aktivis,Influencer bahkan sampai Buzzer di dalam media sosial (new media) sangat bisa menjadi "Opion Society".
Jika opininya ini direproduksi secara terus-menerus secara masif berulang ulang dengan kolektif. Tapi yang menjadi celaka, jika opini yang di reproduksi adalah Berita Bohong atau (Hoaks).
Saya ingin coba melihat kasus Bunda Ratna Ini lewat Teori Jean Baudrillard yaitu tentang "Simulakra".
Istilah Simulakra ini dalam bahasa Indonesia itu berarti "Simulasi" hal ini biasanya direproduksi lewat tiga hal yaitu :
Tanda/Penanda, Citra, dan Makna.
Jika 3 hal itu, direproduksi terus-menerus kita akan melihat bahwa realitas buatan (virtual) dengan realitas yang asli tampak kabur dan batasnya tidak jelas.
Jean baudrillard menyebutkan dengan istilah "Hyperrealitas"
"Tanda" yang digunakan dalam kasus hoaks Bunda Ratna tentu kita semua sudah tahu, bahwa Bunda kita Ratna seolah digambarkan sebagai korban yang dipukuli, dianiyaya, sampai pada penunjukan bukti foto seolah Bunda Ratna memang benar adanya di pukulin.
"Citra" Bunda Ratna hari-hari ini digambarkan sebagai seorang aktivis HAM "Emak-Emak" pemberani "kartini masa kini" bahkan ada yang menyebut jelmaan "Cut Nyak Dien" yang terus lantang memperjuangkan kemanusiaan.
"Makna"
Nah itu makna ini tentu tafsirnya beragam. Karena Hoax Bunda Ratna "GATOT" alias GAGAL TOTAL.
Saya coba berandai-andai jika misal Bunda Ratna tidak menggakui dan kasus ini tidak terungkap singkatnya reproduksi berhasil.
Jika tanda/penanda dan citra tadi direproduksi di media sosial dengan cara masif di reproduksi secara beramai-ramai (kolektif) lewat berapa instrument media komunikasi.
Tentu akan akan terjadi Banalitas informasi yang maha dahsyat bukan tidak mungkin menimbulkan terjadinya chaos di media social.
Tentu akan akan terjadi Banalitas informasi yang maha dahsyat bukan tidak mungkin menimbulkan terjadinya chaos di media social.
Melumpah-ruah informasi yang sangat banal itu disebut oleh Jean Budrillard Sebagai "Extasi Communications"
"Makna" yang timbul ini akan menjadikan candu kognitif yang menagarah kepada kebencian di sosial media.
Itu baru efek dari Media Sosial atau New Media.
Kalau efek sosial masyarakat lainya anda bisa menyimpulan sendiri.
Haiii Fans MU....😀