Puncak Pandemi Virus Korona Di Indonesia
Oleh: Amar Ma'ruf
Saat ini Indonesia sedang berjuang melawan pandemi virus korona. Seiring perjuangannya tersebut berbagai macam informasi terkait virus korona memunculkan gangguan informasi bagi masyarakat Indonesia, termasuk konspirasi, berita palsu, fakta, dan lain sebagainya ikut menyerang.
Semuanya mengklaim akan hasil penerimaan informasinya adalah benar dan diyakini benar, kemudian dibagikan, termasuk konspirasi yang bersliweran tersebut tanpa melakukan cek faktanya lebih lanjut. Dari kesemuanya itu perlu kita sadari dan sepakati bersama bahwa:
Pandemi virus korona yang terjadi di Indonesia membuat pecah lagi masyarakat Indonesia menjadi beberapa golongan:
Golongan yang kontra terhadap pemerintah, mereka yang selalu menyerang dan menjatuhkan pemerintah, bahkan menghancurkan tugas pemerintah untuk tujuan kepentingan kelompoknya. Golongan ini lebih senang memanfaatkan momen kelemahan pemerintah. Kebanyakan mereka adalah lawan politik petahana. Tidak memberikan solusi sama sekali.
Golongan yang independen, mereka yang bebas melakukan apa yang mereka ingin lakukan dan mengambil keuntungan dan kesempatan dari berbagai pihak dan kondisi untuk kelompoknya atau dirinya sendiri.
Termasuk golongan yang manakah anda? Hanya anda yang mengetahui.
Itulah kondisi yang sekarang sedang terjadi di masyarakat Indonesia selain di atas, ada hal lain yang nantinya akan mengganggu masyarakat Indonesia yaitu adanya dilema antara keyakinan atau pencegahan korona.
Kita sadari bahwa masyarakat Indonesia mayoritas umat Islam. Di mana umat Islam di Indonesia memiliki banyak macam golongan.
Ada yang yakin bahwa jangan takut pada virus korona, tapi takutlah pada Allah, tetaplah beribadah seperti biasa di tempat umum.
Ada yang yakin bahwa berikhtiar dan bertawakal adalah langkah tepat untuk menyikapi.
Ada yang yakin bahwa mati adalah takdir, jadi lakukan sesuka hati apa yang ingin kita lakukan, mengapa musti takut?
Hal-hal di atas nantinya akan menentukan puncak pandemi virus korona di Indonesia jika pemerintah tidak dengan tegas merapatkan dan menertibkan barisan masyarakatnya.
Terlebih lagi, bulan April 2020 umat Islam akan merayakan hari Ramadhan kemudian dilanjut hari raya Idul Fitri di mana dalam perayaan tersebut akan menjadi dilema seperti yang saya sebutkan di atas.
Kumpul tarawih atau tidak? Kumpul sholat ied atau tidak? Mereka yang fanatik atau berada dalam golongan garis keras akan bersinggungan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran virus korona.
Inilah PR besar pemerintah, yaitu menertibkan dan merapatkan masyarakatnya. Bagaimana caranya agar membujuk masyarakatnya agar patuh terhadap pemerintahan seperti yang dilakukan oleh pemerintahan negara Cina.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina saat ini menjadi role model bagi negara lain dalam menangani wabah virus korona di negaranya. Seharusnya tingkat kesuksesannya menjadi pelajaran bagi negara lain yang sedang menjalankan pergulatannya dengan virus korona.
Mengapa harus Cina, Cina, Cina, dan Cina?
Percaya atau tidak Cina telah resmi menutup 16 unit fasilitas umum rumah sakit sementara yang telah dibangunnya, sejak menyebarnya virus korona di negaranya, mengapa ditutup? Karena sebagian besar Cina telah bebas dari penyakit virus korona. Berikut cuplikan beritanya:
Sekali lagi, mau percaya atau tidak, berita ini jarang atau bahkan diangkat oleh media arus utama di luar sana, bahkan di lokal negara kita bisa jadi.
Media lebih mementingkan keuntungan sesuai "pesanan" atau apa yang viral daripada informasi yang motivatif, solutif atau positif.
Apa sih yang bisa kita ambil pelajaran dari orang cina atas kesuksesannya melawan terhadap virus korona?
Banyak informasi yang negatif yang tanpa solusi itu akhirnya membuat hidup masyarakat banyak yang psimis dan takut bahkan kebingungan, yang benar yang mana sih??? Sekali lagi:
Saat ini Indonesia sedang berjuang melawan pandemi virus korona. Seiring perjuangannya tersebut berbagai macam informasi terkait virus korona memunculkan gangguan informasi bagi masyarakat Indonesia, termasuk konspirasi, berita palsu, fakta, dan lain sebagainya ikut menyerang.
Semuanya mengklaim akan hasil penerimaan informasinya adalah benar dan diyakini benar, kemudian dibagikan, termasuk konspirasi yang bersliweran tersebut tanpa melakukan cek faktanya lebih lanjut. Dari kesemuanya itu perlu kita sadari dan sepakati bersama bahwa:
"Seyakin apa pun kamu, pendapatmu belum tentu mewakili KEBENARAN".
Pandemi virus korona yang terjadi di Indonesia membuat pecah lagi masyarakat Indonesia menjadi beberapa golongan:
- Golongan yang pro terhadap pemerintah.
- Golongan yang kontra terhadap pemerintah.
- Golongan yang independen.
Golongan yang kontra terhadap pemerintah, mereka yang selalu menyerang dan menjatuhkan pemerintah, bahkan menghancurkan tugas pemerintah untuk tujuan kepentingan kelompoknya. Golongan ini lebih senang memanfaatkan momen kelemahan pemerintah. Kebanyakan mereka adalah lawan politik petahana. Tidak memberikan solusi sama sekali.
Golongan yang independen, mereka yang bebas melakukan apa yang mereka ingin lakukan dan mengambil keuntungan dan kesempatan dari berbagai pihak dan kondisi untuk kelompoknya atau dirinya sendiri.
Termasuk golongan yang manakah anda? Hanya anda yang mengetahui.
Itulah kondisi yang sekarang sedang terjadi di masyarakat Indonesia selain di atas, ada hal lain yang nantinya akan mengganggu masyarakat Indonesia yaitu adanya dilema antara keyakinan atau pencegahan korona.
Kita sadari bahwa masyarakat Indonesia mayoritas umat Islam. Di mana umat Islam di Indonesia memiliki banyak macam golongan.
Ada yang yakin bahwa jangan takut pada virus korona, tapi takutlah pada Allah, tetaplah beribadah seperti biasa di tempat umum.
Ada yang yakin bahwa berikhtiar dan bertawakal adalah langkah tepat untuk menyikapi.
Ada yang yakin bahwa mati adalah takdir, jadi lakukan sesuka hati apa yang ingin kita lakukan, mengapa musti takut?
Hal-hal di atas nantinya akan menentukan puncak pandemi virus korona di Indonesia jika pemerintah tidak dengan tegas merapatkan dan menertibkan barisan masyarakatnya.
Terlebih lagi, bulan April 2020 umat Islam akan merayakan hari Ramadhan kemudian dilanjut hari raya Idul Fitri di mana dalam perayaan tersebut akan menjadi dilema seperti yang saya sebutkan di atas.
Kumpul tarawih atau tidak? Kumpul sholat ied atau tidak? Mereka yang fanatik atau berada dalam golongan garis keras akan bersinggungan dengan kebijakan pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran virus korona.
Inilah PR besar pemerintah, yaitu menertibkan dan merapatkan masyarakatnya. Bagaimana caranya agar membujuk masyarakatnya agar patuh terhadap pemerintahan seperti yang dilakukan oleh pemerintahan negara Cina.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina saat ini menjadi role model bagi negara lain dalam menangani wabah virus korona di negaranya. Seharusnya tingkat kesuksesannya menjadi pelajaran bagi negara lain yang sedang menjalankan pergulatannya dengan virus korona.
Mengapa harus Cina, Cina, Cina, dan Cina?
Percaya atau tidak Cina telah resmi menutup 16 unit fasilitas umum rumah sakit sementara yang telah dibangunnya, sejak menyebarnya virus korona di negaranya, mengapa ditutup? Karena sebagian besar Cina telah bebas dari penyakit virus korona. Berikut cuplikan beritanya:
Sekali lagi, mau percaya atau tidak, berita ini jarang atau bahkan diangkat oleh media arus utama di luar sana, bahkan di lokal negara kita bisa jadi.
Media lebih mementingkan keuntungan sesuai "pesanan" atau apa yang viral daripada informasi yang motivatif, solutif atau positif.
Apa sih yang bisa kita ambil pelajaran dari orang cina atas kesuksesannya melawan terhadap virus korona?
- Mereka patuh dan kompak menjalankan imbauan pemerintahannya.
- Mereka fokus dan bekerja sepenuh hati pada penanganan virus korona. Sehingga tidak ada waktu untuk meladeni informasi dari luar atau konspirasi yang tidak memberikan solusi hanya menyalahkan sana atau sini.
Banyak informasi yang negatif yang tanpa solusi itu akhirnya membuat hidup masyarakat banyak yang psimis dan takut bahkan kebingungan, yang benar yang mana sih??? Sekali lagi:
"Seyakin apa pun kamu, pendapatmu belum tentu mewakili KEBENARAN".
Jika dalam waktu dekat ini pemerintah tidak cepat dan tegas dalam menertibkan dan menyadarkan masyarakat yang terpecah itu, maka akan diprediksi puncak pandemi virus korona di Indonesia akan mencapai puncaknya pada bulan April-Mei 2020.
Menghadapi virus korona dibutuhkan kerjasama dan kesadaran.
Sekali lagi saya ingatkan, bahwa postingan ini juga, hanyalah sebuah pendapat yang belum tentu mewakili kebenaran, tidak menjamin langkah ini dapat mengatasi virus korona di Indonesia, namun jika langkah ini dirasa tepat silakan saja didukung dengan kesadaran sepenuh hati.
Komentar